Jejak Tertinggal

Seberapa berarti sebenarnya peran kita di muka bumi? Lihatlah kedalaman jejak yang tertinggal, saat kita hembuskan nafas terakhir. Saat dimana setiap orang yang pernah mengenal kita –mau tidak mau, akan dihempaskan pada kesadaran baru yang absolut; bahwa kita tidak akan pernah hadir lagi di dunia ini. Lalu muncul rasa kehilangan pada mereka yang pernah dekat, mengenal, menghargai, mengapresiasi, menghormati atau menghabiskan waktu bersama kita. Hilang adalah penghayatan atas apa yang pernah ada, sehalus, seringan apapun sentuhan itu.

Dalam 83 tahun, 2 bulan, 2 minggu dan 3 hari jatah usia almarhum Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie, berapa banyak orang yang merasa kehilangan saat beliau berpulang? Berapa orang yang pernah merasa tersentuh oleh kehadirannya? Entah siapa yang bisa menjawab ini dengan angka persis. Rentang generasi yang mengagumi kiprah, karya dan ketokohan beliau cukup panjang. Banyak anak kecil, anak muda di suatu masa menjadikan sosoknya sebagai inspirasi masa depan mereka. Bahkan mereka yang tidak pernah bertemu atau mengenal langsung pun bisa merasakan keberartian dirinya. Kecerdasan, keuletan menekuni mimpi dan cita-cita, semangat, kecintaannya terhadap tanah air, antusiasme dalam intonasi bicaranya, binar mata membelalak penuh gairah hidup, cinta dan kesetiaannya pada Ibu Ainun, ketaatannya sebagai seorang muslim, ketegasannya untuk membela hal-hal yang dianggap prinsip, kerendahan hati, kebaikan, sikap tawadhu’, apalagi yang berkesan? Mereka yang pernah langsung bertemu atau berinteraksi pasti bisa menambahkan hal lain yang bisa dikenang dari almarhum, dan deretan pun semakin panjang.

received_305485410017409

Pak, saya memang tidak sempat berinteraksi langsung semasa Bapak hidup. Namun ketokohan Bapak sangat menginspirasi semangat masa kecil, dalam banyak hal, bahkan hingga usia saya saat ini. Saya adalah salah satu dari sekian banyak bocah ingusan yang ternganga di depan televisi, suatu hari di tahun 1983, saat CN-235 lepas landas perdana. Wow, magic! Lalu ada Indonesia Air Show, pameran kedirgantaraan internasional di tahun 1986. Sebagai filatelis belia, sampul hari pertama Indonesia Air Show 1986 menjadi salah satu koleksi yang paling saya suka. Selain kecerdasan dan semangat, saya juga mengagumi keterbukaan, ketulusan dan sikap apa adanya yang Bapak tampilkan. Ekspresif, genuine, authentic, itu kesan yang tertinggal. Saat Ibu Ainun berpulang, saya pun tercenung menyaksikan betapa ternyata Bapak begitu mencintai sosok yang dijadikanNya sebagai pasangan hidup Bapak. Pernikahan yang diwarnai cinta, kesetiaan, perjuangan, kerja keras dan saling menghargai, akhirnya dipisahkan oleh maut. Banyak keteladanan yang bisa diambil dari perjalanan, kebersamaan Bapak dan Ibu. Ternyata sosok yang menginspirasi memang bisa terasa hadir, menyapa, bahkan mencubit rasa dan kesadaran, tanpa harus kenal atau bertemu langsung. Lalu hadirlah rasa kehilangan itu.

Dalam ketiadaan, saat ini pun ternyata Allah SWT masih izinkan sosok Bapak untuk bisa menggiring, memunculkan pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam diri ini. Dari sekian hari, minggu, bulan, tahun yang telah Allah berikan sebagai jatah usia, lalu bekal apa saja sebenarnya yang sudah saya siapkan? Sudah seberapa banyak atau justru pernahkah saya benar-benar bantu menguatkan mereka yang terpuruk? Membantu orang yang kesulitan? Bekerja sungguh-sungguh dan tekun, komit dan tertib menepati tenggat waktu? Mengerahkan energi penuh dalam setiap amanah? Beribadah dengan khusyu’? Menggenggam tangan mereka yang kehilangan harapan? Mendoakan kebaikan? Menyenangkan hati dan memuliakan orangtua? Hadir untuk kerabat yang membutuhkan? Menyingkirkan penghalang dari jalan yang dilalui banyak orang? Tulus tersenyum dan berbaik sangka? Berbagi ilmu dan pengalaman? Berbakti pada suami? Memberdayakan orang lain? Pesan yang cukup jelas, ikhtiar untuk menjadi sebaik-baiknya umat yang bermanfaat luas. Bukan, bukan semata agar meninggalkan jejak, dikenang atau didoakan banyak orang saat kita sudah tiada. Lebih dari itu, Bapak juga memberikan keteladanan, bahwa menebar kebaikan adalah cara untuk memuliakanNya. Berupaya yang terbaik adalah wujud syukur dan sujud sebagai hambaNya, menghargai rentang usia yang sudah diberikanNya. Tidak ada paksaan atau rengekan untuk minta dihormati, disegani, dipuji atau disanjung. Semua sikap respek dan kekaguman muncul begitu alamiah, karena jejak kerja keras, ketulusan dan kebaikan-kebaikan lain yang pernah Bapak lakukan.

Terima kasih atas semua hal yang pernah Bapak upayakan dan berikan untuk bangsa ini. Semoga kami bisa meneladani, mencintai Indonesia sebagaimana yang Bapak tunjukkan. Kiranya Allah SWT tempatkan Bapak di sebaik-baiknya peristirahatan terakhir, kelak dipertemukanNya kembali dengan kekasih  hati tercinta, Ibu Ainun. Kalau kami semua masih dalam penerbangan menuju destinasi akhir, sesekali menemui lautan awan yang cantik atau guncangan kuat di perjalanan, Bapak saat ini sudah landing dengan selamat, menutupnya dengan husnul khatimah, Insya Allah. Selamat berpulang ya Pak, selamat menikmati kebersamaan abadi dengan Sang Maha Segalanya, Pemilik Cinta Sejati.

Innalillahi wa inna ilayhi roji’uuun…